Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, memberlakukan pemantauan ketat terhadap aktivitas Gunung Sindoro yang terletak di Kabupaten Temanggung dan Wonosobo, Jawa Tengah. “Saya turunkan tim sangat lengkap,” kata Kepala PVMBG Dr Surono di Bandung, Kamis, 8 Desember 2011.
Menurutnya, kendati status gunung itu baru di level waspada, pemantauan sengaja diperketat. Dia beralasan, risiko perubahan aktivitas gunung itu relatif tinggi karena banyaknya aktivitas manusia dan adanya permukiman padat.
Selain menambah personel, PVMBG juga menambah peralatan pemantauan gunung itu. Di antaranya, menambahkan empat unit peralatan seismik mobile, peralatan untuk memantau kembang kempisnya badan gunung, serta alat pemantau gas SO2. ”Jadi, sangat ketat kita berlakukan Sindoro, walaupun statusnya waspada,” kata Surono.
PVMBG memberlakukan pelarangan untuk mendekati kawasan radius 2 kilometer dari puncak Gunung Sindoro. PVMBG menaikkan status gunung itu menjadi level II atau waspada sejak 5 Desember 2011 pukul 20.00 WIB lalu.
Surono mengatakan naiknya aktivitas gunung beberapa hari terakhir terhitung yang paling mencolok setelah 70 tahun gunung itu tidak menunjukkan akvitas yang berarti. Gunung itu tercatat pernah meletus pada Januari 1910. Dan terakhir, pada Oktober 1970, sempat terjadi letusan embusan. ”Letusan pada 1970 itu letusan bohong-bohongan, yang benar-benar meletus itu 1910,” katanya.
PVMBG menaikkan status gunung itu yang asalnya aktif normal menjadi waspada setelah mendapati peningkatan aktivitas kegempaan gunung itu, yakni gempa vulkanik dangkal dan dalam yang terpantau sejak November 2011 lalu. Aktivitas kegempaan itu semakin meningkat memasuki Desember 2011.
Surono mengatakan aktivitas kegempaan itu terus muncul. Dia mencontohkan, setelah statusnya dinaikkan, aktivitas gempa vulkanik dalam dan gempa vulkanik dangkal terus terekam, termasuk terjadinya asap embusan dari kawah gunung itu. ”Jangan naik ke radius 2 kilometer gunung itu,” katanya.