9 Persamaan Pernikahan Ibas-Aliya dengan Putri Sultan HB X


Jakarta - 24 November 2011, resmi sudah kisah cinta antara Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) dan Siti Rubi Aliya Rajasa berakhir di jenjang pernikahan. Melaui acara akad nikah di Istana Cipanas, putra bungsu Presiden SBY dan putri Menko Perekonomian Hatta Rajasa tersebut telah resmi menjadi sepasang suami istri.

Sebulan sebelumnya, atau tepatnya 18 Oktober 2011, putri bungsu Sultan Hamengkubuwono X, Raja Yogyakarta juga melangsungkan akad nikah. Adalah GKR Bendara (GRAj Nurastuti Wijareni), putri Sultan HB X dipersunting oleh pria pujaan hatinya, Achmad Ubaidillah yang kemudian digelari KPH Yudhanegara.

Kedua pernikahan tersebut merupakan pernikahan yang paling menjadi sorotan di Tanah Air tahun ini. Banyak perbedaan dalam perkawinan tersebut. Namun kali ini, kita lihat saja persamaan-persamaannya. Boleh sepakat boleh juga tidak, berikut sembilan persamaan pernikahan kedua pasangan yang berbahagia tersebut:

1. 'Royal Wedding'

Baik pernikahan Ibas dan Aliya, serta pernikahan GKR Bendara dan KPH Yudhanegara dua-duanya merupakan pernikahan 'royal wedding'. Ibas merupakan putra bungsu dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), sementara GKR Bendara merupakan putri bungsu Sultan Hamengkubowono X, yang merupakan raja tanah Jawa.

2. Dirias Tinuk Riefki

Nama Tinuk Riefki sudah tidak asing lagi. Tiap kali orang besar punya gawe, Tinuk seringkali diundang untuk merias para calon mempelai. Keluarga Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun mempercayakan riasan sang pengantin kepada Tinuk Riefki. Perias handal ini jugalah yang dulu mendandani Annisa Pohan saat menikah dengan putra pertama SBY, Agus Harimurti. Dan tahun ini, Tinuk juga diberi kesempatan untuk mendandani Ibu Ani Yudhoyono saat akad nikah di Istana Cipanas 24 November lalu, serta saat resepsi malam nanti, Aliya juga akan didandani oleh Tinuk. Tinuk juga menjadi langganan keraton Yogyakarta untuk acara-acara kawinan, termasuk yang merias GKR Bendara saat akad nikah dengan GPH Yudhanegara 18 Oktober lalu.

3. Memakai Adat Jawa

Baik Ibas-Aliya, dan GKR Bendara-GPH Yudhanegara sama-sama memakai adat Jawa saat pernikahan. Jika Ibas-Aliya menggunakan adat Jawa saat resepsi, maka GKR Bendara-GPH Yudhanegara menggunakan adat Jawa saat akad nikah. Keduanya sama-sama dirias dengan 'Paes Ageng', riasan khas Keraton Yogyakarta.

4. Akad Nikah Sesuai Hari Lahir

Akad Nikah Ibas dan Aliya, seperti kita ketahui bersama berlangsung pada 24 November, bertepatan dengan ulang tahun Aliya yang ke-25. Sedangkan akad nikah GKR Bendara dan GPH Yudhanegara, berlangsung tepat pada hari lahir Sultan Hamengkubuwono X, ayah GKR Bendara, yakni pada Selasa Wage berdasarkan penanggalan Jawa, atau bertepatan dengan 18 Oktober 2011.

5. Dilengkapi Layar Lebar

Saat GKR Bendara dan GPH Yudhanegara melangsungkan akad nikah, 6 layar lebar dipasang di sekitar alun-alun utara Yogyakarta. Enam layar lebar dan videotron tersebut dipasang di enam titik di sekitar Malioboro dan Alun-alun Utara. Dua layar lebar akan dipasang di Benteng Vredeburg, Alun Alun Utara dan Alun Alun Selatan. Selain itu videotron di sebelah selatan Taman Parkir Abu Bakar Ali juga akan digunakan.

Sementara dalam akad nikah Ibas-Aliya, sebuah layar lebar dipasang di taman yang terletak persis di seberang Istana Cipanas. Seribuan warga Cipanas pun dengan antusias menyaksikan secara langsung detik-detik ijab kabul antara Ibas dan Aliya. Saat menyaksikan kedua pasangan tersebut sah menjadi suami istri, tepuk tangan mereka hadiahkan kepada pasangan yang berbahagia tersebut.

6. Siraman Pakai 7 Sumber Mata Air

Karena menggunakan adat Jawa, maka prosesi pernikahan Ibas-Aliya dan GKR Bendara-GPH Yudhanegara harus melalui tahapan-tahapan pernikahan adat Jawa, di antaranya prosesi siraman. Kedua pasangan pengantin ini sama-sama menggunakan air dari 7 sumber mata air yang berbeda. Ibas menggunakan 7 air yang diambil dari Masjid Baiturrahman Istana Presiden, air dari Istana Cipanas, air dari kediaman Presiden SBY di Cikeas, air dari Kabupaten Pacitan, air dari kediaman Ibu Habibah (ibunda SBY), air dari kediaman Ibu Sunarti (Ibunda Ibu Ani), serta air yang diberikan oleh mempelai putri. Sementara ALiya siraman menggunakan 7 mata air dari pegunungan di Palembang.

Sedangkan GKR Bendara-GPH Yudhanegara saat siraman menggunakan air dari tujuh sumber yaitu air dari Ndalem Bangsal Sekar Kedhaton, Ndalem Regol Manikhantoyo, Ndalem Bangsal Manis, Ndalem Regol Gapura, Ndalem Regol Kasatriyan, Ndalem Kasatriyan Kilen dan Gadri Kagungan Dalem Kasatriyan. Yang mengambil air tersebut adalah GKR Maduretno kakak Bendara nomer tiga didampingi abdi dalem sipat bupati dan abdi dalem keparak.

7. Menyatukan Dua Budaya

Sebagai putra bungsu Presiden SBY, Ibas memiliki keturunan darah Jawa. Sementara Aliya yang putri Menko Perekonomian Hatta Rajasa, memiliki darah Palembang, sesuai daerah asal sang bapak. Oleh karenanya, pernikahan keduanya pun menggunakan dua adat yang berbeda itu. Saat akad nikah mereka menggunakan adat Palembang, sementara saat resepsi mereka akan menggunakan adat Jawa.

Sementara GKR Bendara yang asli Jawa, menikah dengan GPH Yudhanegara alias Muhammad Ubaidillah yang asli Lampung.

8. Bertempat di Istana/Keraton

Sama-sama sebagai keturunan raja dan presiden, Ibas dan GKR Bendara melangsungkan pernikahan di tempat yang menjadi simbol kekuasaan sang ayah. Ibas dan Aliya menikah di Istana Cipanas, sedangkan GKR Bendara-GPH Yudhanegara menikah di Keraton Yogyakarta.

9. Sama-sama Jadi Sorotan Publik

Tak bisa dipungkiri, pasangan Ibas-Aliya dan GKR Bendara-GPH Yudhanegara sama-sama menjadi sorotan publik saat melangsungkan pernikahan. Publik seakan ingin tahu segala hal terkait dengan pernikahan itu, baik persiapan-persiapannya atau pun saat berlangsungnya pernikahan. Media pun juga terus meliput jalannya acara pernikahan dari awal hingga akhir.

Malam nanti, pasangan Ibas-Aliya baru akan melangsungkan resepsi di Jakarta Convention Center (JCC). Dan tentunya, jutaan mata akan menyaksikan perhelatan akbar yang konon menghabiskan biaya miliaran rupiah itu.

Fakta Unik di Balik Pernikahan Ibas-Aliya

JAKARTA -- Pernikahan Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) dan Siti Rubi Aliya Rajasa (Aliya) merupakan pernikahan yang akan banyak menyita perhatian ribuan pasang mata di seluruh Indonesia.

Pasalnya, selain si empunya hajat adalah orang nomor satu di Indonesia, pernikahan yang menggabungkan dua adat ini sarat akan fakta unik dan menarik di dalamya. Apa saja ?



1. Ibas dan Aliya ternyata pertama kali bertemu di Istana Cipanas pada Desember 2007. Mereka juga akan melangsungkan acara akad nikah di Istana Cipanas, dengan mengundang sekitar 3.500-an orang.

2. Satu hal lagi yang juga unik adalah, di Istana Cipanas tempat acara akad berlangsung, terdapat Sound yang dipesan secara khusus dan diberi merk bertuliskan Aliya, yang bernuansa warna hijau kesukaan Aliya, dan tersebar di setiap sudut tempat acara.

Jika ada Sound bermerek Aliya, Sub Woofernya pun dibuat secara khusus bertuliskan merk iBass bernuansa warna putih.



3. Pemasangan Bleketepe atau anyaman dari janur yang dipasang oleh Presiden SBY di kediamannya, dimaksudkan bahwa yang punya rumah sedang menggelar hajat atau acara pernikahan.

4. Acara dimulai Selasa pagi (22/11) di kediaman masing-masing calon pengantin dengan mengadakan acara pengajian, sungkeman sekaligus siraman dari 7 sumber mata air, yaitu diantaranya dari mata air di Istana Cipanas, kediaman Presiden, Kediaman Aliya, mata air dari Pacitan.. yang sarat akan makna pembersihan jiwa.

Acara pengajian yang diadakan di dua tempat yaitu di kediaman Ibas dan Aliya berlangsung khidmat, penuh haru saat sungkem dan mohon doa restu kepada orangtua yang melepas anaknya yang akan berumah tangga.

Pakaian kebaya yang dikenakan di kediaman Ibas dan Aliya sama-sama bernuansa biru muda, dan yang menarik tentunya adalah perpaduan dua budaya yaitu adat Jawa dan Palembang.



5. Setelah acara pengajian, sungkem dan mohon doa restu, malamnya dilanjutkan dengan acara Midodareni. Midodareni sendiri diambil dari kata "Midodari" yang berarti bidadari, dipercaya bahwa bidadari-bidadari juga turut serta mendoakan dan merestui calon pengantin, dan diharapkan pengantin wanita akan secantik bidadari saat hari H.

Yang menarik adalah di kediaman Aliya, setelah kunjungan Ibas dengan seserahan pulang, dilanjutkan dengan acara adat Palembang yaitu Bapacar atau Berpacar, yang diartikan sebagai malam berkumpulnya Aliya dengan teman-temannya sebelum menikah, untuk melepas masa lajang.

6. Jika prosesi dimulai dengan adat Jawa, maka akad pada 24 November tepat ulang tahun Ibas, dilangsungkan dengan adat Palembang, dengan tarian Pagar Pengantin yang khas di setiap upacara pernikahan adat Palembang.

7. Mas kawin pernikahan Siti Ruby Aliya dan Edhie 'Ibas' Baskoro Yudhoyono yakni koin emas 100 gram dan seperangkat alat salat.

Penyerahan mas kawin dilakukan setelah Aliya dan Ibas menandatangani akta nikah yang diserahkan dari Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) H Muhtar. Setelah itu, Aliya dan Ibas saling memasang cincin kawin.

Akad nikah telah berlangsung di Istana Cipanas, Cianjur, Jawa Barat, Kamis (24/11/2011), pukul 10.10 WIB.

8. Resepsi yang akan dilangsungkan tanggal 26 November kembali menggunakan adat Jawa, dengan Ibu Tinuk Riefki yang didaulat menjadi penata rias.

Riasan yang digunakan adalah Paes Ageng yang dahulunya hanya digunakan untuk Pernikahan Keraton, namun saat ini untuk acara pernikahan umum sudah diperbolehkan digunakan.

Riasan Paes Ageng berbeda dengan riasan pengantin Jawa biasa karena menggunakan Progo atau serbuk emas yang membutuhkan waktu satu jam untuk khusus mengerjakannya, alis juga dibuat seperti tanduk rusa, dan ciri khas lain adalah adanya garis diatas samping mata ke atas yang tentunya ada filosofi tersendiri.

Aliya akan didandani sedemikian rupa dan pastinya "manglingi", beda dan lebih cantik.

Aneh, Ada Durian dalam Durian

Jika anda membeli durian dan berbonus durian, mungkin biasa. Namun apa yang dialami Dedi, warga Belitung ini, cukup luar biasa.

Warga Jalan KH Dahlan Desa Perawas, Belitung itu saat membuka sebuah durian asal pulau Selat Nasik, Minggu (20/11/2011) mendapati sebuah durian kecil lagi di dalamnya.

Durian itu dibelinya di terminal baru Tanjungpandan, Kabupaten Belitung, Kepulauan Bangka Belitung. "Kaget aku, saat buka ada durian lagi. Apa ini?" Kata Dedi, Jumat (25/11/2011).



Menurutnya, semula durian yang dibeli Dedi sebanyak empat buah dengan harga Rp 25.000 per buah. Durian berukuran sedang tersebut kemudian dibawa pulang. Berselang kemudian, Dedi bersama keluarga langsung membuka satu persatu durian dan menyantapnya.

"Durian ini kami buka terakhir. Pas dibuka, ada durian. Jadi gak makan. Takut ada apa-apa," papar Dedi. Saat ini, diakui Dedi belahan durian masih disimpan baik di rumah.

Durian tersebut lanjut Dedi akan disimpan sampai mengering."Rencananya akan sampai kering, baru nanti aku buka durian yang kecil itu," ungkap Dedi. (*)

Inilah Mobil Pertama yang Dapat Menyelam

Mobil ini digerakkan oleh motor listrik dan bisa menyelam hingga kedalaman 10 meter. Membuat mobil bergerak di dalam air bukan lagi impian. CEO Rinspeed, Frank Rinderknecht, pada Maret lalu memamerkan prototipe mobil pertama di dunia yang dapat berenang dan menyelam hingga kedalaman 10 meter.

Bertempat di pameran motor Jenewa ini, Rinderknecht menunjukkan dalam sebuah video bagaimana mobil rancangan perusahaannya ini bisa tetap berjalan mulus tanpa masalah. Terlihat mobil menyelam dan kemudian muncul lagi ke permukaan untuk melaju ke jalan bebas. Pengoperasian mobil pun terbilang mudah, karena untuk fungsi menyelam dan tidak ini hanya butuh satu buah tombol.

Mobil buatan Rinspeed dari Swiss ini diklaim adalah yang pertama meski sebelumnya sudah banyak mobil-mobil dengan rancangan sejenis yang juga bisa melaju di air. sQuba, demikian nama mobil tersebut, kelebihannya adalah pada penggunaan teknologi modern dan mobil sudah dapat menyelam berikut dengan penumpangnya di kedalaman.


Pada mobil-mobil sebelumnya yang juga masuk jenis amphibi car, seperti CLIMBER atau ALPHA, Citroen DS yang dibuat tahun 1960, maupun Chrysler Labarron yang dibuat pada era 70-an, masih menjadi mobil baru belum memiliki kelebihan seperti apa yang ditawarkan oleh sQuba. Kelebihan ini yakni, mampu menyelam, hemat bahan bakar, dan lebih ringan karena meski sebagian kerangkanya terbuat dari baja namun sebagian besar komponennya dibuat dari bahan serat karbon.

sQuba juga menjadi mobil pertama penyelam dari golongan sedan. Desain berkerangka pintu terbuka, menggunakan motor listrik, dua propeler dan dua mesin jet pengatur gerakan, sehingga memungkinkan mobil ini bisa menempuh perjalanan jauh. Mobil ini diklaim juga lebih unggul karena didesain tidak menghasilkan emisi baik ketika berjalan di darat maupun di laut. Pasalnya energi mobil ini disuplai dari jenis baterai lithium-ion.