Mundurnya Wakil Gubernur DKI Jakarta, Prijanto di penghujung masa jabatannya menunjukan ada yang ingin diperlihatkan Prijanto. Prijanto ingin menunjukan kepada publik bahwa ada konflik yang terjadi dengan atasannya, Gubernur DKI Fauzi Bowo atau Foke.
"Dari sisi komunikasi politik, pernyataan Prijanto ingin memberikan pesan kepada publik bahwa ada konflik dengan Fauzi Bowo. Ada yang tidak sesuai," kata Pengamat Politik Charta Politika, Arya Fernandes, dalam perbincangan dengan VIVAnews.com.
Arya menilai, secara tidak langsung Prijanto ingin menyampaikan pesan bahwa ada yang tidak beres dalam masalah birokrasi. Birokrasi yang mengakibatkan Prijantor mundur tanpa alasan yang jelas.
Namun di satu sisi, mundurnya Prijanto bisa juga menjadi batu sandungan bagi purnawirawan Mayor Jenderal itu. Publik juga bisa menilai mundurnya Prijanto dikarenakan ketidakmampuannya menghadapi konflik dan permasalahan birokrasi di Jakarta.
"Ini bisa menunjukkan ketidakmampuan Prijanto menyelesaikan konflik dengan Foke, dan ketidakberdayaan dirinya menghadapi persoalan birokrasi di DKI Jakarta," ujar Arya.
Apakah popularitas Prijanto akan melonjak menjelang pemilihan Gubernur DKI pada 2012? "Prijanto harus berhati- hati, jangan sampai ini menjadi senjata makan tuan," kata dia.
Alasannya, bisa saja rival Prijanto menganggap langkah mundur dari Wakil Gubernur karena tidak tanggung jawab. Atau, bagian dari ketidakmampuan Prijanto mengatasi problematika Jakarta.
Apalagi saat ini tingkat popularitas Prijanto sebagai calon gubernur juga tidak terlalu tinggi bila dibandingkan dengan Fauzi Bowo. "Nama Prijanto baru muncul sekitar dua bulan ini," ujar Arya.
Langkah Prijanto ini tidak akan berpengaruh banyak terhadap popularitasnya. Prijanto harus bisa tampil dengan warna berbeda. "Di tengah ketidakpercayaan publik, Prijanto harus dapat beri harapan baru, tentu dengan ideologi perubahan," ujar Arya.