Bank Dunia menilai besaran anggaran subsidi BBM yang diberikan pemerintah Indonesia sudah keterlaluan. Pemerintah Indonesia harusnya berani menaikkan harga BBM Rp 1.000 per liter.
Hal ini disampaikan oleh Lead Economist Bank Dunia untuk Indonesia, Shubham Chaudhuri dalam paparan World Bank Ekonomi Indonesia di Hotel Nikko, Sudirman, Jakarta, Rabu (14/12/2011).
"Lebih baik subsidi dialihkan untuk pembangunan infrastruktur dan untuk masyarakat miskin. Subsidi itu lebih baik diubah dengan menaikkan harga premium Rp 1.000 per liter," kata Shubham.
Namun, pemerintah juga harus bisa menahan laju inflasi setelah harga BBM dinaikkan. "Untuk itu sebaiknya bertahap kalau naik Rp 500 atau Rp 1.000 pasti inflasi berpengaruh dalam jangka pendek," ujarnya.
Seperti diketahui tahun depan jumlah subsidi energi yang ditetapkan adalah Rp 168,56 triliun yang terdiri dari subsidi BBM dan elpiji 3 kg Rp 123,6 triliun. Lalu subsidi listrik Rp 44,96 triliun termasuk pembayaran kekurangan subsidi listrik 2010 yang sebesar Rp 4,5 triliun.
"Besaran belanja untuk subsidi energi tetap signifikan di 2012 yaitu 12% dari jumlah belanja atau 2,1% dari PDB. Belanja untuk subsidi energi di 2012 telah disepakati bahwa kuota BBM 40 juta kiloliter (KL) sedikit lebih lebih rendah dari 2011 yang sebesar 40,4 juta KL. Reformasi subsidi di 2012 difokuskan ke pembatasan daripada penyesuaian harga," tutur Shubham.
Dari pernyataan pemerintah, jika tidak ada pembatasan, maka konsumsi BBM subsidi tahun depan bakal mencapai 43,7 juta KL atau 10% di atas anggaran.