Jakarta - Dari sudut pandang operator, mangkirnya Research in Motion (RIM) dari janji pembangunan server lokal bisa mengakibatkan kian leletnya layanan BlackBerry yang kini telah digunakan oleh 10 juta pelanggan di Indonesia.
Menurut Sekjen Asosiasi Telekomunikasi Seluler Indonesia (ATSI) Dian Siswarini, dengan tak dibangunnya server lokal di Indonesia, kondisi yang dialami pelanggan BlackBerry tak akan mengalami kemajuan.
"Ya akan tetap seperti yang sekarang kita alami, semua trafik harus dibawa dulu ke RIM di Kanada karena servernya ada di sana," ujar Dian kepada detikINET, Jumat (9/12/2011).
Perlu diketahui, setiap akses komunikasi data yang dilakukan pelanggan BlackBerry harus terlebih dulu disalurkan operator ke server BlackBerry yang ada di Kanada melalui koneksi internasional.
"Dengan tranport link yang sangat jauh dan terdiri dari banyak hops, kemungkinan terjadi packet loss lebih besar. Hal ini yang berpengaruh ke urusan lemot," jelas Dian lebih lanjut.
Dengan adanya server lokal setara network aggregator, birokrasi jaringan itu seharusnya bisa dipangkas. Sehingga operator cukup menyediakan trafik pengiriman data ke titik regional saja. Jelas, ini bisa menghemat biaya yang sangat besar sehingga tarif yang diterima pelanggan pun bisa ikut turun.
Namun sayangnya, harapan itu masih jauh dari kenyataaan. Layanan BlackBerry yang diselenggarakan Telkomsel, Indosat, XL, Axis, Tri, Smartfren, dan Bakrie, tak akan banyak mengalami perbaikan, kecuali jika mereka mau jor-joran dengan terus-terusan bangun akses ke mitra jaringan yang ditunjuk RIM.
Menurut Sekjen Asosiasi Telekomunikasi Seluler Indonesia (ATSI) Dian Siswarini, dengan tak dibangunnya server lokal di Indonesia, kondisi yang dialami pelanggan BlackBerry tak akan mengalami kemajuan.
"Ya akan tetap seperti yang sekarang kita alami, semua trafik harus dibawa dulu ke RIM di Kanada karena servernya ada di sana," ujar Dian kepada detikINET, Jumat (9/12/2011).
Perlu diketahui, setiap akses komunikasi data yang dilakukan pelanggan BlackBerry harus terlebih dulu disalurkan operator ke server BlackBerry yang ada di Kanada melalui koneksi internasional.
"Dengan tranport link yang sangat jauh dan terdiri dari banyak hops, kemungkinan terjadi packet loss lebih besar. Hal ini yang berpengaruh ke urusan lemot," jelas Dian lebih lanjut.
Dengan adanya server lokal setara network aggregator, birokrasi jaringan itu seharusnya bisa dipangkas. Sehingga operator cukup menyediakan trafik pengiriman data ke titik regional saja. Jelas, ini bisa menghemat biaya yang sangat besar sehingga tarif yang diterima pelanggan pun bisa ikut turun.
Namun sayangnya, harapan itu masih jauh dari kenyataaan. Layanan BlackBerry yang diselenggarakan Telkomsel, Indosat, XL, Axis, Tri, Smartfren, dan Bakrie, tak akan banyak mengalami perbaikan, kecuali jika mereka mau jor-joran dengan terus-terusan bangun akses ke mitra jaringan yang ditunjuk RIM.